Wednesday, September 29, 2010

Hidup Tanpa Alat Kelamin Selama 14 Tahun

Setelah empat belas tahun hidup tanpa alat kelamin, seorang remaja warga Kampung Cirumput, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jabar, Rabu, dirujuk ke RSHS Bandung. Sebelumnya, Kodir (14) remaja penderita seks ambigua atau lahir tanpa alat kelamin itu, sempat mendapatkan pemeriksaan medis di RSUD Cianjur.
Namun keterbatasan alat dan kurangnya tenaga ahli di rumah sakit tersebut, Kodir yang didampingi kedua orang tuanya, Ahmad (50) dan Omas (49) serta Kepala Desa Cirumput, Beni Irawan, terpaksa dirujuk ke RSHS.
Rencananya, di RSHS Bandung, remaja yang masih duduk di bangku kelas enam SD itu, akan menjalani perawatan dan operasi pembuatan kelamin. "Akhirnya warga kami yang sudah empat belas tahun menunggu mendapat bantuan. Semoga perawatan medis dan operasinya dapat berjalan dengan lancar," kata Beni.

Dia menjelaskan, seluruh biaya perawatan medis termasuk operasi akan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah karena keluarga penderita merupakan warga pemegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Namun, pihaknya belum memikirkan biaya untuk kehidupan sehari-hari bagi keluarga selama menunggui di rumah sakit. Rencananya Beni akan mencari solusi bersama-sama dengan warga setempat.
Sementara itu, Omas ibu kandung Kodir, menuturkan, sejak lahir anaknya sudah tidak memiliki batang kelamin dan lubang kelamin, yang ada hanya kedua buah pelirnya.  Sehingga anaknya itu, selalu kesulitan dan merasakan sakit yang teramat sangat, ketika hendak buang air kecil.  "Selama ini, air kencingnya keluar dari anus, itu pun harus dipancing untuk buang air besar dulu," kata Omas dengan nada sedih.
Selama ini kata dia, keluarga merasa malu dengan kondisi anaknya tersebut. Sehingga, sejak lahir sampai usianya menginjak 14 tahun, anaknya tersebut, tidak pernah mendapatkan pertolongan medis. "Awalnya kami malu dengan kondisi anak kami seperti ini. Selama 14 tahun kami tutupi kekurangan anak kami ini," ucapnya.
Namun, atas masukan tetangga dan kerabat serta keinginan anaknya, Omas pun bersedia menuruti ajakan pihak desa untuk memeriksakan Kodir ke puskesma setempat. Harapan Omas, anak semata wayangnya itu, dapat hidup normal layaknya anak laki-laki lainnya dan penderitaanya selama ini dapat berakhir dengan operasi. (Republika.co.id)

No comments:

Post a Comment